“Aku
yakin cinta itu akan datang tepat pada waktunya. Tapi hanya 3 detik aku dapat
menemukanmu, cinta yang selama ini aku cari” Naira.
Kecengan dan Hukuman
Bulan sudah
selesai dengan tugasnya menerangi malam yang gelap, kini mataharilah yang
menggantikan tugasnya sekarang, menerangi bumi. Sinarnya sudah masuk kedalam
kamar Naira yang berwarnya biru laut itu. ya, Naira sangat suka sekali warna
biru, baginnya itu adalah warna yang sangat cantik dan sangat indah. Terdengar
bunyi hentakan kaki yang berasal dari tangga menuju kamarnya. Semakin lama,
semakin jelas bunyinya. Dia tahu siapa itu, tapi dia masih ingin melanjutkan
mimpinya yang indah itu.
“Nai, kamu engga
sekolah? Udah telat nih.” Ujar perempuan yang sedang mengetuk pintu anak
kesayangannya itu.
Naira terbangun
akibat suara yang selalu aku dengar di pagi harinya setelah bunyi alaramnya.“Ahhh
entar maah!”. Jawabnya
Tahun ini adalah
tahun pertamanya duduk di bangku SMA. Tahun lalu Naira masih memakai serangam
putih biru dan sekarang memakai baju putih abu-abu. Ada rasa bangga didalam
dirinya. Kini dia bukan anak kecil lagi, melainkan anak kecil yang sudah mulai
beranjak dewasa dan makin cantik, pikirknya sewaktu sedang mencoba seragam
sekolahnya di depan kaca.
“Kamu udah mandi
belum Nai?” panggil mama sekali lagi. Pintu dibuka, tetapi Naira malah belum
berberes dan mandi. Dia tahu hari ini akan telat lagi, sama seperti biasanya.
Dan belum setahun dia di sekolahnya dia sudah 13 kali telat dan mamanya datang
sebagai jaminanya agar dia dapat masuk kekelas.
Hari itu sangatlah membosankan bagi
Naira, hari ini adalah pelajaran yang sangat membosankan baginya. Kepala Naira
doyong kedepan. Matanya mengkerejap menahan kantuk
Kalau dia teriak dan joget di depan
kelas, aku yakin orang-orang tetap menempelkan hidungnya dibuku
masing-masing.Naira melengos. Ia menyerah. Naira menyandar dengan buku Fisika
super tebal di mejanya.
Naira memaksa kelopak matanya
membuka untuk membaca deretan imut tulisan yang ada di bukunya. Lebih dari
sekaa Naira menjejalkan kata-kata itu masuk ke otaknya. Tak ada gunanya. Naira
malah menjadi pusing. Otaknya lebih kuat. Kata-kata itu mental.
“Ke kantin yuk” Naira
mengetuk-ngetukkan kakinya
“Hmm..” Rena membalikan halaman buku
Rangkuman Fisika SMA. Senggolan pelan
Naira tidak membuyarkan konsentrasi Rena.
Soal. Soal. Soal. Selalu saja soal,
padahal Ujian Tengah Semester aja masih lama, apalagi UASnya. Tetapi sahabatnya
sejak SMP ini sudah memeras otaknya begitu keras dari sekarang. Sekolah barunya
emang sekolah yang sembarangan. Suatu keajaiban Naira masuk di sini, Naira
awalnya malas untuk disekolah yang orang-orangya selalu dengan buku..buku.. dan
buku.. itu sama saja mereka seperti robot yang diciptakan untuk belajar. Tapi
mau dikata apa, saat tes masuk Naira sangat Hoki, ia adalah penutup dari daftar
nama-nama siswa baru yang masuk di sekolah itu, sedangkan temannya Rena adalah
orang pertama di daftar penerimaan murid kemarin.
Awalnya Rena tidak berminat untuk
masuk sekolah ini, tetapi saat dia tahu ibunya sangat bahagia dan sangat senang
Rena tidak tega berbicara dengan ibunya itu.
Naira mengedarkan pandangan.
Orang-orang ini sama gilanya seperti Rena. Bel belum berbunyi. Tetapi mereka
malah belajar. Sebagian belajar dengan membaca buku dengan santai, dan sebagian
lagi membentuk kelompok kecil untuk sekedar berdiskusi tentang hal-halnya yang
sangat asing ditelinganya
Bukannya Naira
sombong, tetapi kalau dia ditanya tentang jadwal film padanya, pasti dia akan
langsung menjawabnya dengan tepat. “Woi, bergelut dengan angkanya nanti saja
saat masuk!”
“Rena, aku
sangat lapar nih. Belum sarapan ayo kita kekantin?” Naira mulai mengguncang-
guncangkan bahu Rena. Lebih lama lagi Naira berada di kelas ini, dia yakin akan
tertular virus-viris gila seperti mereka. Dan Naira tidak mau itu terjadi.
Rena menggeser
posisinya. Mukana semakin terbenam ke dalam halaman buku. Ia sibuk
mencorat-coret hitungan di bagian halaman yang kosong.
“Ren, ayo temani
aku keluar yuk mencari udara segar. Mumpung masih pagi, sehat untuk tulang kita
dari pada disini engga baik dengan udara dingin dari AC!” ini baru ide yang
brilian. Pasti Rena mau keluar dengan alasan ini, Rena yang Ringan tangan, Baik
hati, dan murah senyum akan bilang..
“yang benar
saja”Rena mendengus. Ia tetap mengerjakan buku sial itu. “Palingan kamu ingin
mencari kecengan kan?”
“Serius ren, kan
kamu tahu udara yang paling baik itu, udara di pagi hari!”
Akhirnya Rena
sudi memandang Naira. “Kamu itu seharusnya belajar Nai, UTS tinggal 4 minggu
lagi, dan kamu harus memancu otak kamu, agar kamu bisa lulus KKM!” ia
menyodorkan buku Fisika lainnya yang ia bawa.
Sial.
Naira diam dan
cemberut.
Tak berapa lama
bel berbunyi. Dan semua aktifitas gila ini akan terjadi lagi selama 6 jam
berikutnya. Gara-gara engga sarapan tadi pagi, Naira tetap saja harus menahan
lapar sampai istirahat pertama berbunyi.
Bel istirahat
selesai, Naira langsung ngacir ke kantin dengan lari, pelajaran hari ini tidak
satupun yang ia mengerti, ia terus memegangi perutnya selama pelajaran tadi.
Ini engga bisa dibiarin, pokoknya begitu sampai dikantin, harus makan yang
banyak.Naira tak mengerti apakah robot-robot disekolah ini tidak kelaparan?
Sungguh Naira tidak betah untuk disekolah ini. Bukan tempatku. Sudah 3 bulan
Naira bersekolah disini, tapi dia hanya tahu Rena teman SMPnya saja, selebihnya
para jelmaan robot itu tidak ada yang Naira kenal begitu juga sebaliknya.
Boro-boro pacaran masa SMA pikirnya dulu, punya teman aja udah sukur disini.
Cewe-cewe disini hanya lebih tertarik masalah-masalah pelajaran, apalagi
cowoknya. Ih bukan tipe Naira banget.
Setengah
berlari, Naira masih bingung ingin makan apa hari ini, ya walaupun sendirian
tapi tetep eksislah. Sesampainya dikantin ia memesan makanan biasanya, waffel
krim chocolate ibu kantin emang yang terbaik. Satu waffle tebal dilapisi krim
yang manis emang cocok untuk cemilan dipagi hari ini.
“Ini neng,
makanannya!” ujar ibu kantinnya. Hari ini seperti biasa, sekolah yang
membosankan, Mama yang sering ngomel karena nilainya, Tidak ada sesuatu yang
membuatnya betah untuk sekolah disini. Jangankan 3 tahun, 3 bulan selanjutnya
saja Naira ogah memikirkannya
“Baca nih!!”
sebuah buku tipis disodorkan kepadanya. “Buku apanih?”tanya. melihat covernya
saja udah buat mood makan hari ini hilang, Akibat
tidak bersyukur. Seorang cewe berambut pirang baru saja datang dari kelas
dengan membawa buku itu. Menurutnya itu buku yang sangat tepat untuk Naira
akhir-akhir ini. Rena sahabatnya merasa Naira sangat tidak bersyukur karena
dapat masuk disekolah ini, jujur Rena saja masih bingung kenapa Naia bisa lolos
tes masuk pendaftaran kemarin. Pasalnya Naira sama sekali engga minat dengan
sekolah yang serba international ini, Naira lebih suka kebebasan, dan engga
suka sekali dengan aturan-aturan yang ribet. Sedangkan disini, aturan
superbanyak yang semua siswa harus menaatinya. Tak jarang Naira, sudah dikenal
guru karena ketidak rapihannya kesekolah.
“Udah baca aja,
aku lihat kamu itu tidak mensyukuri pemberian tuhan Nai?” ujar Rena. Yang duduk
disamping Naira.
“Iya..iya..iya
ibu-ibu rempong” Naira menjawil hidung mungil temannya itu, mereka akhirnya
tertawa bersama dikantin. Mungkin ini salah satu alasannya Naira masih mau
sekolah disini, ia tidak mungkin meningalkan sahabatya sendirian disini. Dia
tahu Rena adalah anak yang susah bergaul, dan persahabatan Rena dan Naira sudah
di bangun 4 tahun silam,sejak keduanya masuk SMP.
“Jadi?”tanya
Rena lirih. “Apa?” jawab Naira dengan bingung. “Udah bersyukur nih?”tanya Rena
sekali lagi. Senyuman limabelas jari Naira berikan untuk sahabatnya itu, Mereka
mengakhiri istirahat mereka dengan tersenyum dan kami kembali kekelas.
“Mana yang
namanya Naira!”seorang guru datang kepadanya dengan nada yang marah. Mrs. Dinar
adalah salah satu guru tergalak disekolah ini,pantas saja sampai sekarang saat
usianya yang sudah tidak muda lagi dia masih saja menjomblo. Matanya yang bulat
itu seketika seperti ingin copot karena melototnya.”Kenapa bu?saya
Naira!”tanyaku bingung. "Apa yang kamu lakukan sampai sekolah kita
masuk koran hari ini?"tanyanya marah. aku hanya menerawang apa yang aku
lakukan kemarin. "engga ada kook bu, aku kan anak baik-baik."jawabu
singkat. semua mata teman-teman sekolahnya tertuju pada Naira dan Mrs.Dinar,
ini emang gawat. "kamu baca koran hari ini!" perintahnya. Mrs. Dinar
memberi Naira sebuah koran ibukota hari ini. saat dia membaca judulnya. Dirinya
tak percaya saat dia membaca deretan huruf yang ditulis seperti sebuah judul di
halaman utama. "Siswa SMA Delta International School tertangkap Satpol
PP saat sedang pemerasan". Dan terdapat jelas wajah Naira di
halaman pertama. "ini salah sangka bu!aku tidak melakukan pemalakan
seperti yang ditudukan." jawabku panik,aku tidak sadar banyak sepasang
mata yang melihat kearah kami bertiga, Rena hanya menyimak dan dia tidak tahu
apa yang terjadi.
"Saya tidak tahu
alasan kamu melakukan hal itu, tetapi jangan sekali-kali membawa nama baik kita
jika kamu melakukan hal-hal yang membuat nama sekolah kita jelek." ucap
Mrs.Dinar panjang lebar, "aku difitnah bu" sangkalku. ini bukan yang
ibu kira.Tetap saja Mrs.Dinar tidak mendengar ucapanku, dia hanya memutar bola
matanya dan mensilangkan kedua tangannya diperutnya sambil bersikap menahan
diri karena ingin marah lebih dari itu. "Tapi, tetap saja kamu telah
mencoreng nama baik sekolah kita, mau tak mau. kamu ibu hukum!"
bantahnya.
"Taa...pii bu? ibu
tidak boleh seperti itu!"bantahku tegas. "Kamu tidak bisa membantah,
kamu ibu hukum menjadi pembantu disekolah ini selama 3 hari, dan kamu tidak
boleh kemana-mana sepulang sekolah. atau kamu ibu skors. pilih mana?"tanyanya
lagi. Rasanya Naira ingin marah dan dia merasa ini tidak adil, Mrs. Dinar, dan
para wartawan itu tidak tahu saat dia berada disana. Naira ingin sekali memaki
3 orang saat ini, pertama para wartawan sialan yang sudah mengambil gambar dia
disana, yang kedua para pengedit yang menuliskan judul yang membuat dirinya
malu seperti ini, dan satu lagi Mrs.Dinar yang memakinya tanpa alasan hari ini.
"Hukuman kamu dimulai hari ini, ibu engga mau tahu hari ini kamu harus
membantu Mang Tohang untuk membantu dia membersihkan hari ini dan 3 hari
berikutnya." ujar Mrs. Dinar dan dia memakaikan aku sebuah kalung yang
bertuliskan "Lagi Dihukum". itu membuatku malu. "Dan
kamu harus menyelesaikan tugas kamu dengan baik jika kamu tidak benar, hukumman
kamu ibu akan perpanjang hukuman kamu".
"Baiklah bu,"
jawabku lirih.
Naira dan Rena kembali
kekelas mereka. Rena hanya diam, dan bingung ingin bertanya apa kepada
Naira. "Sabar ya Nai, aku yakin kamu pasti tidak melakukan hal
seperti itu" semangat dari Rena membuat Naira tersenyum kembali.
Setelah bel pulang sudah
selesai, Naira memulai masa Hukumannya. Ia menelpon Mamanya agar menjemputnya
agak lama, dengan alasan tugas kelompok disekolah, pikirnya. Bete. Bosen.
Bingung. Itu yang ada di pikiran Naira sampai saat ini. Ini engga adil, tapi
yasudahlah. Pikirnya.
Lobi masih penuh, tapi
engga sepadat tadi bel. Sebagian besar murid sudah pulang kerumahnya. Sisanya
masih beres-beres atau sekedar berbicara dengan teman-temannya. Padahal hari
ini Naira ingin menonton acara yang sangat dia sukain, yasudahlah itu semua
gara-gara hal bodoh juga yang ia lakukan minggu kemarin. Jadi, Naira dianggap
sebagai pemalak di jalanan saat memakai seragam sekolahnya. Padahal itu
hanyalah fitnah belaka yang dituduhkan kepadanya, dan berimbas pada hari ini.
Waktu itu Naira membantu pengamen jalanan untuk ngamen dijalanan, karena dia
bosen dirumah. Saat pembagian hasil tidak disangaka ia di potret oleh wartawan
sialan itu, dan dimasukan di halaman berita utama. Tapi semua orang tidak ada
yang percaya padanya. Namanya nasib.
Sore itu awan terlihat
sangat cantik, berwarna jingga dan keorenan. Ini adalah sore yang indah jika
bersantai dirumah.
“Ayo neng, bantu Mang
Tohang!” ajaknya
Naira langsung mengikuti
dari belakang.
Sebuah sapu dan sarung
tangan diberikan untuk Naira dengan masa tugasnya itu. Pokoknya harus cepat
selesai, bodo amatlah bener atau engga ini kerjaan. Setelah beberapa lama di
taman sekolah, itu cukup melelahkan untuk menyapu semua halaman sekolah. Karena
sekolah Naira sangat luas itu sangat merepotkan.
“Kalau kamu mau kamu
bisa minum ini”
Naira bengong.
Satu buag air mineral
penolongnya disaat dia dehidrasi, kalau saja air ini tak ada mngkin saja dia
akan mati kehausan. “Makasih..” cowok itu tertawa. Deretan gigi putihnya sangat
bagus. Hati Naira langsung lumer. Naira tidak tahu apa yang ditertawakan cowok
itu .
“Kamu lucu ya!” sekali
lagi cowok misterius itu memamerkan gigi putihnya yang indah itu. “Lucu?lucu
kenapa?”tanyanya bingung.
Tanpa di duga, tangan
cowo itu langsung menyapu kotoran yang ada wajah Naira. Hal ini membuat muka
Naira merah. Bikin malu! Bikin malu. Naira menunduk. Ini seperti rakyat jelata
bertemu pangeran. Ini seperti kodok bertemu angsa. Ini seperti disandingkan
degan mawar. Tebak Naira yang mana
Harusnya ada
aturan cowok sekeren dia tidak boleh bertemu dengan cewe yang seperti Naira
ini. Si cowok ini pasti masuk penjara. Membuat gelisah cewek cewek yang belum
siap untuk ditemui. 3 detik Cuma itu, Naira langsung menyukai cowo itu. Matanya
sangat inidah, aroma tubuhnya juga sangat menggoda. Cowo yang belum pernah
Naira temukan disekolah ini, ini kakak kelas atau seangkatan? Yatuhan
mudah-mudahan seangkatan. Doanya dalam hati.
“Kenalkan aku Rico, Rico
Dharmawan putra.” Rico mengulurkan tangannya kepada Naira. Sekali lagi, cowo
itu membuat muka Naira merah padam.
Naira kikuk saat
menjabat tangan itu. Begitu tangan mereka bersentuhan. Naira merasakan rasa
geli yang menjalar di lapisan kulitnya. Naira membisikan namanya dalam Hati. Rico. Namanya Imut.
“Terus?” tanya
Rico dengan mimik lucu.
“Terus apa?”
Cengiran Rico
lebar. “Nama kamu siapa?”
Naira mengaihkan
pandangannya dan tidak ingin menatap mata Rico, “Naira bunga Setiawan”
“Terus kenapa
kamu masih disini? Lagi dihukum ya?” pertayaan dengan suara yang menggoda.
“Ohh,iya aku
lagi dihukum sama Mrs. Dinar.” Jawabku singkat. “Oh kamu toh yang tadi ribut
denga Mrs.Dinar?” Naira tambah menunduk karena malu dengan Rico. “I..iya”
jawabnya lirih.
Awan yang
berwarna jingga dan orannye itu tiba-tiba berganti menjadi abu-abu. Dan semakin
lama, awan itu meneteskan air hujannya di bumi ini. Dan semakin lama, hujannya
semakin deras. Sampai-sampai mereka berdua harus berteduh di ditempat yang aman.
“Yahh hujan deh!,engga nyangka ya?” ucap Rico memecah keheningan. Entah mengapa,
Naira yang sangat sebal sekali dengan hujan hari ini sangat senang
kehadirannya. “Kamu engga di jemput?”tanya Naira bingung. “Belum, tapi kataya
sedang ada diperjalanan.” Ucapnya santai. “Ooo..” Naira duduk di dekat bangku
yang ada di taman sekolahnya itu,sekalian berteduh.
Oh tuhan kenapa sulit
berbicara dengan orang ini. Rasanya bibir naira sulit sekali untuk membuka. “Kamu kelas berapa?”tanya Naira sekali lagi
dengan gugup.
“Oh, aku kelas
sepuluh. Kamu?” Astaga, ini seperti kado yang sangat luar biasa yang diberikan
oleh tuhan kepada dirinya. Mungkin gara-gara buku yang ia baca, yang diberikan
Rena tadi pagi. “Kita sama!aku juga kelas sepuluh” jawab Naira dengan semangat
45. Naira memanjatkan doa. Semoga
hujannya makin deras dan lama semoga...
Hujan justru
mereda. Naira menggerutu di dalam hati. Dibalik doanya semoga hujannya reda. Semoga hujannya reda. Ternyata hujan malah
semakin berhenti. Cemberut, Naira memandangi tetesan hujan yang masih tersisa. Ada apa sebenarnya?Mengapa yang aku mau
tidak terjadi?Menyebalkan.
Akhirnya yang
ditunggu Rico datang juga. Sebuah mobil masuk kedalam sekolannya. Mobilnya.
Rico berdiri, mengucapkan pamit.
“Aku pulang dulu
ya, senang bertemu denganmu!” pamitnya dan langsung saja berlari kecil menuju
mobilnya.
Naira hanya
memandangi cowok yang tingginya sekitar 175an itu dari jauh. Perfect. Ini yang
selama ini Naira cari, bukan hanya cowo-cowo yang ada di kelasnya saja. Yang
seperti robot. Memaksa otak mereka dengan kencang. Dan mereka kaku. Kenapa aku
tidak perah melihatnya ya?Ahhh yang pasti hari ini aku sangat senang.Dan besok
aku masih bisa bertemu dengannya lagi. Siapa namanya? Rico, nama yang selalu
akan aku ingat. Naira pergi dari sekolah, dan pulang kerumahnya untuk besok
berangkat sekolah.