Senin, 30 Desember 2013

Tiga Detik (Part 1)

Diposting oleh Unknown di 01.06 0 komentar

“Aku yakin cinta itu akan datang tepat pada waktunya. Tapi hanya 3 detik aku dapat menemukanmu, cinta yang selama ini aku cari” Naira.

Kecengan dan Hukuman

Bulan sudah selesai dengan tugasnya menerangi malam yang gelap, kini mataharilah yang menggantikan tugasnya sekarang, menerangi bumi. Sinarnya sudah masuk kedalam kamar Naira yang berwarnya biru laut itu. ya, Naira sangat suka sekali warna biru, baginnya itu adalah warna yang sangat cantik dan sangat indah. Terdengar bunyi hentakan kaki yang berasal dari tangga menuju kamarnya. Semakin lama, semakin jelas bunyinya. Dia tahu siapa itu, tapi dia masih ingin melanjutkan mimpinya yang indah itu.
“Nai, kamu engga sekolah? Udah telat nih.” Ujar perempuan yang sedang mengetuk pintu anak kesayangannya itu.
Naira terbangun akibat suara yang selalu aku dengar di pagi harinya setelah bunyi alaramnya.“Ahhh entar maah!”. Jawabnya
Tahun ini adalah tahun pertamanya duduk di bangku SMA. Tahun lalu Naira masih memakai serangam putih biru dan sekarang memakai baju putih abu-abu. Ada rasa bangga didalam dirinya. Kini dia bukan anak kecil lagi, melainkan anak kecil yang sudah mulai beranjak dewasa dan makin cantik, pikirknya sewaktu sedang mencoba seragam sekolahnya di depan kaca.
“Kamu udah mandi belum Nai?” panggil mama sekali lagi. Pintu dibuka, tetapi Naira malah belum berberes dan mandi. Dia tahu hari ini akan telat lagi, sama seperti biasanya. Dan belum setahun dia di sekolahnya dia sudah 13 kali telat dan mamanya datang sebagai jaminanya agar dia dapat masuk kekelas.
            Hari itu sangatlah membosankan bagi Naira, hari ini adalah pelajaran yang sangat membosankan baginya. Kepala Naira doyong kedepan. Matanya mengkerejap menahan kantuk
            Kalau dia teriak dan joget di depan kelas, aku yakin orang-orang tetap menempelkan hidungnya dibuku masing-masing.Naira melengos. Ia menyerah. Naira menyandar dengan buku Fisika super tebal di mejanya.
            Naira memaksa kelopak matanya membuka untuk membaca deretan imut tulisan yang ada di bukunya. Lebih dari sekaa Naira menjejalkan kata-kata itu masuk ke otaknya. Tak ada gunanya. Naira malah menjadi pusing. Otaknya lebih kuat. Kata-kata itu mental.
            “Ke kantin yuk” Naira mengetuk-ngetukkan kakinya
            “Hmm..” Rena membalikan halaman buku Rangkuman Fisika SMA. Senggolan pelan Naira tidak membuyarkan konsentrasi Rena.
            Soal. Soal. Soal. Selalu saja soal, padahal Ujian Tengah Semester aja masih lama, apalagi UASnya. Tetapi sahabatnya sejak SMP ini sudah memeras otaknya begitu keras dari sekarang. Sekolah barunya emang sekolah yang sembarangan. Suatu keajaiban Naira masuk di sini, Naira awalnya malas untuk disekolah yang orang-orangya selalu dengan buku..buku.. dan buku.. itu sama saja mereka seperti robot yang diciptakan untuk belajar. Tapi mau dikata apa, saat tes masuk Naira sangat Hoki, ia adalah penutup dari daftar nama-nama siswa baru yang masuk di sekolah itu, sedangkan temannya Rena adalah orang pertama di daftar penerimaan murid kemarin.
            Awalnya Rena tidak berminat untuk masuk sekolah ini, tetapi saat dia tahu ibunya sangat bahagia dan sangat senang Rena tidak tega berbicara dengan ibunya itu.
            Naira mengedarkan pandangan. Orang-orang ini sama gilanya seperti Rena. Bel belum berbunyi. Tetapi mereka malah belajar. Sebagian belajar dengan membaca buku dengan santai, dan sebagian lagi membentuk kelompok kecil untuk sekedar berdiskusi tentang hal-halnya yang sangat asing ditelinganya
Bukannya Naira sombong, tetapi kalau dia ditanya tentang jadwal film padanya, pasti dia akan langsung menjawabnya dengan tepat. “Woi, bergelut dengan angkanya nanti saja saat masuk!”
“Rena, aku sangat lapar nih. Belum sarapan ayo kita kekantin?” Naira mulai mengguncang- guncangkan bahu Rena. Lebih lama lagi Naira berada di kelas ini, dia yakin akan tertular virus-viris gila seperti mereka. Dan Naira tidak mau itu terjadi.
Rena menggeser posisinya. Mukana semakin terbenam ke dalam halaman buku. Ia sibuk mencorat-coret hitungan di bagian halaman yang kosong.
“Ren, ayo temani aku keluar yuk mencari udara segar. Mumpung masih pagi, sehat untuk tulang kita dari pada disini engga baik dengan udara dingin dari AC!” ini baru ide yang brilian. Pasti Rena mau keluar dengan alasan ini, Rena yang Ringan tangan, Baik hati, dan murah senyum akan bilang..
“yang benar saja”Rena mendengus. Ia tetap mengerjakan buku sial itu. “Palingan kamu ingin mencari kecengan kan?”
“Serius ren, kan kamu tahu udara yang paling baik itu, udara di pagi hari!”
Akhirnya Rena sudi memandang Naira. “Kamu itu seharusnya belajar Nai, UTS tinggal 4 minggu lagi, dan kamu harus memancu otak kamu, agar kamu bisa lulus KKM!” ia menyodorkan buku Fisika lainnya yang ia bawa.
Sial.
Naira diam dan cemberut.

Tak berapa lama bel berbunyi. Dan semua aktifitas gila ini akan terjadi lagi selama 6 jam berikutnya. Gara-gara engga sarapan tadi pagi, Naira tetap saja harus menahan lapar sampai istirahat pertama berbunyi.
Bel istirahat selesai, Naira langsung ngacir ke kantin dengan lari, pelajaran hari ini tidak satupun yang ia mengerti, ia terus memegangi perutnya selama pelajaran tadi. Ini engga bisa dibiarin, pokoknya begitu sampai dikantin, harus makan yang banyak.Naira tak mengerti apakah robot-robot disekolah ini tidak kelaparan? Sungguh Naira tidak betah untuk disekolah ini. Bukan tempatku. Sudah 3 bulan Naira bersekolah disini, tapi dia hanya tahu Rena teman SMPnya saja, selebihnya para jelmaan robot itu tidak ada yang Naira kenal begitu juga sebaliknya. Boro-boro pacaran masa SMA pikirnya dulu, punya teman aja udah sukur disini. Cewe-cewe disini hanya lebih tertarik masalah-masalah pelajaran, apalagi cowoknya. Ih bukan tipe Naira banget.
Setengah berlari, Naira masih bingung ingin makan apa hari ini, ya walaupun sendirian tapi tetep eksislah. Sesampainya dikantin ia memesan makanan biasanya, waffel krim chocolate ibu kantin emang yang terbaik. Satu waffle tebal dilapisi krim yang manis emang cocok untuk cemilan dipagi hari ini.
“Ini neng, makanannya!” ujar ibu kantinnya. Hari ini seperti biasa, sekolah yang membosankan, Mama yang sering ngomel karena nilainya, Tidak ada sesuatu yang membuatnya betah untuk sekolah disini. Jangankan 3 tahun, 3 bulan selanjutnya saja Naira ogah memikirkannya
“Baca nih!!” sebuah buku tipis disodorkan kepadanya. “Buku apanih?”tanya. melihat covernya saja udah buat mood makan hari ini hilang, Akibat tidak bersyukur. Seorang cewe berambut pirang baru saja datang dari kelas dengan membawa buku itu. Menurutnya itu buku yang sangat tepat untuk Naira akhir-akhir ini. Rena sahabatnya merasa Naira sangat tidak bersyukur karena dapat masuk disekolah ini, jujur Rena saja masih bingung kenapa Naia bisa lolos tes masuk pendaftaran kemarin. Pasalnya Naira sama sekali engga minat dengan sekolah yang serba international ini, Naira lebih suka kebebasan, dan engga suka sekali dengan aturan-aturan yang ribet. Sedangkan disini, aturan superbanyak yang semua siswa harus menaatinya. Tak jarang Naira, sudah dikenal guru karena ketidak rapihannya kesekolah.
“Udah baca aja, aku lihat kamu itu tidak mensyukuri pemberian tuhan Nai?” ujar Rena. Yang duduk disamping Naira.
“Iya..iya..iya ibu-ibu rempong” Naira menjawil hidung mungil temannya itu, mereka akhirnya tertawa bersama dikantin. Mungkin ini salah satu alasannya Naira masih mau sekolah disini, ia tidak mungkin meningalkan sahabatya sendirian disini. Dia tahu Rena adalah anak yang susah bergaul, dan persahabatan Rena dan Naira sudah di bangun 4 tahun silam,sejak keduanya masuk SMP.
“Jadi?”tanya Rena lirih. “Apa?” jawab Naira dengan bingung. “Udah bersyukur nih?”tanya Rena sekali lagi. Senyuman limabelas jari Naira berikan untuk sahabatnya itu, Mereka mengakhiri istirahat mereka dengan tersenyum dan kami kembali kekelas.
“Mana yang namanya Naira!”seorang guru datang kepadanya dengan nada yang marah. Mrs. Dinar adalah salah satu guru tergalak disekolah ini,pantas saja sampai sekarang saat usianya yang sudah tidak muda lagi dia masih saja menjomblo. Matanya yang bulat itu seketika seperti ingin copot karena melototnya.”Kenapa bu?saya Naira!”tanyaku bingung.  "Apa yang kamu lakukan sampai sekolah kita masuk koran hari ini?"tanyanya marah. aku hanya menerawang apa yang aku lakukan kemarin. "engga ada kook bu, aku kan anak baik-baik."jawabu singkat. semua mata teman-teman sekolahnya tertuju pada Naira dan Mrs.Dinar, ini emang gawat. "kamu baca koran hari ini!" perintahnya. Mrs. Dinar memberi Naira sebuah koran ibukota hari ini. saat dia membaca judulnya. Dirinya tak percaya saat dia membaca deretan huruf yang ditulis seperti sebuah judul di halaman utama. "Siswa SMA Delta International School tertangkap Satpol PP saat sedang pemerasan". Dan terdapat jelas wajah Naira di halaman pertama. "ini salah sangka bu!aku tidak melakukan pemalakan seperti yang ditudukan." jawabku panik,aku tidak sadar banyak sepasang mata yang melihat kearah kami bertiga, Rena hanya menyimak dan dia tidak tahu apa yang terjadi. 
"Saya tidak tahu alasan kamu melakukan hal itu, tetapi jangan sekali-kali membawa nama baik kita jika kamu melakukan hal-hal yang membuat nama sekolah kita jelek." ucap Mrs.Dinar panjang lebar, "aku difitnah bu" sangkalku. ini bukan yang ibu kira.Tetap saja Mrs.Dinar tidak mendengar ucapanku, dia hanya memutar bola matanya dan mensilangkan kedua tangannya diperutnya sambil bersikap menahan diri karena ingin marah lebih dari itu. "Tapi, tetap saja kamu telah mencoreng nama baik sekolah kita, mau tak mau. kamu ibu hukum!" bantahnya. 
"Taa...pii bu? ibu tidak boleh seperti itu!"bantahku tegas. "Kamu tidak bisa membantah, kamu ibu hukum menjadi pembantu disekolah ini selama 3 hari, dan kamu tidak boleh kemana-mana sepulang sekolah. atau kamu ibu skors. pilih mana?"tanyanya lagi. Rasanya Naira ingin marah dan dia merasa ini tidak adil, Mrs. Dinar, dan para wartawan itu tidak tahu saat dia berada disana. Naira ingin sekali memaki 3 orang saat ini, pertama para wartawan sialan yang sudah mengambil gambar dia disana, yang kedua para pengedit yang menuliskan judul yang membuat dirinya malu seperti ini, dan satu lagi Mrs.Dinar yang memakinya tanpa alasan hari ini. "Hukuman kamu dimulai hari ini, ibu engga mau tahu hari ini kamu harus membantu Mang Tohang untuk membantu dia membersihkan hari ini dan 3 hari berikutnya." ujar Mrs. Dinar dan dia memakaikan aku sebuah kalung yang bertuliskan "Lagi Dihukum". itu membuatku malu. "Dan kamu harus menyelesaikan tugas kamu dengan baik jika kamu tidak benar, hukumman kamu ibu akan perpanjang hukuman kamu".
"Baiklah bu," jawabku lirih.
Naira dan Rena kembali kekelas mereka. Rena hanya diam, dan bingung ingin bertanya apa kepada  Naira. "Sabar ya Nai, aku yakin kamu pasti tidak melakukan hal seperti itu" semangat dari Rena membuat Naira tersenyum kembali.
Setelah bel pulang sudah selesai, Naira memulai masa Hukumannya. Ia menelpon Mamanya agar menjemputnya agak lama, dengan alasan tugas kelompok disekolah, pikirnya. Bete. Bosen. Bingung. Itu yang ada di pikiran Naira sampai saat ini. Ini engga adil, tapi yasudahlah. Pikirnya.
Lobi masih penuh, tapi engga sepadat tadi bel. Sebagian besar murid sudah pulang kerumahnya. Sisanya masih beres-beres atau sekedar berbicara dengan teman-temannya. Padahal hari ini Naira ingin menonton acara yang sangat dia sukain, yasudahlah itu semua gara-gara hal bodoh juga yang ia lakukan minggu kemarin. Jadi, Naira dianggap sebagai pemalak di jalanan saat memakai seragam sekolahnya. Padahal itu hanyalah fitnah belaka yang dituduhkan kepadanya, dan berimbas pada hari ini. Waktu itu Naira membantu pengamen jalanan untuk ngamen dijalanan, karena dia bosen dirumah. Saat pembagian hasil tidak disangaka ia di potret oleh wartawan sialan itu, dan dimasukan di halaman berita utama. Tapi semua orang tidak ada yang percaya padanya. Namanya nasib.
Sore itu awan terlihat sangat cantik, berwarna jingga dan keorenan. Ini adalah sore yang indah jika bersantai dirumah.
“Ayo neng, bantu Mang Tohang!” ajaknya
Naira langsung mengikuti dari belakang.
Sebuah sapu dan sarung tangan diberikan untuk Naira dengan masa tugasnya itu. Pokoknya harus cepat selesai, bodo amatlah bener atau engga ini kerjaan. Setelah beberapa lama di taman sekolah, itu cukup melelahkan untuk menyapu semua halaman sekolah. Karena sekolah Naira sangat luas itu sangat merepotkan.
“Kalau kamu mau kamu bisa minum ini”
Naira bengong.
Satu buag air mineral penolongnya disaat dia dehidrasi, kalau saja air ini tak ada mngkin saja dia akan mati kehausan. “Makasih..” cowok itu tertawa. Deretan gigi putihnya sangat bagus. Hati Naira langsung lumer. Naira tidak tahu apa yang ditertawakan cowok itu .
“Kamu lucu ya!” sekali lagi cowok misterius itu memamerkan gigi putihnya yang indah itu. “Lucu?lucu kenapa?”tanyanya bingung.
Tanpa di duga, tangan cowo itu langsung menyapu kotoran yang ada wajah Naira. Hal ini membuat muka Naira merah. Bikin malu! Bikin malu. Naira menunduk. Ini seperti rakyat jelata bertemu pangeran. Ini seperti kodok bertemu angsa. Ini seperti disandingkan degan mawar. Tebak Naira yang mana
 Harusnya ada aturan cowok sekeren dia tidak boleh bertemu dengan cewe yang seperti Naira ini. Si cowok ini pasti masuk penjara. Membuat gelisah cewek cewek yang belum siap untuk ditemui. 3 detik Cuma itu, Naira langsung menyukai cowo itu. Matanya sangat inidah, aroma tubuhnya juga sangat menggoda. Cowo yang belum pernah Naira temukan disekolah ini, ini kakak kelas atau seangkatan? Yatuhan mudah-mudahan seangkatan. Doanya dalam hati.
“Kenalkan aku Rico, Rico Dharmawan putra.” Rico mengulurkan tangannya kepada Naira. Sekali lagi, cowo itu membuat muka Naira merah padam.
Naira kikuk saat menjabat tangan itu. Begitu tangan mereka bersentuhan. Naira merasakan rasa geli yang menjalar di lapisan kulitnya. Naira membisikan namanya dalam Hati. Rico. Namanya Imut.
“Terus?” tanya Rico dengan mimik lucu.
“Terus apa?”
Cengiran Rico lebar. “Nama kamu siapa?”
Naira mengaihkan pandangannya dan tidak ingin menatap mata Rico, “Naira bunga Setiawan”
“Terus kenapa kamu masih disini? Lagi dihukum ya?” pertayaan dengan suara yang menggoda.
“Ohh,iya aku lagi dihukum sama Mrs. Dinar.” Jawabku singkat. “Oh kamu toh yang tadi ribut denga Mrs.Dinar?” Naira tambah menunduk karena malu dengan Rico. “I..iya” jawabnya lirih.
Awan yang berwarna jingga dan orannye itu tiba-tiba berganti menjadi abu-abu. Dan semakin lama, awan itu meneteskan air hujannya di bumi ini. Dan semakin lama, hujannya semakin deras. Sampai-sampai mereka berdua harus berteduh di ditempat yang aman. “Yahh hujan deh!,engga nyangka ya?” ucap Rico memecah keheningan. Entah mengapa, Naira yang sangat sebal sekali dengan hujan hari ini sangat senang kehadirannya. “Kamu engga di jemput?”tanya Naira bingung. “Belum, tapi kataya sedang ada diperjalanan.” Ucapnya santai. “Ooo..” Naira duduk di dekat bangku yang ada di taman sekolahnya itu,sekalian berteduh.
Oh tuhan kenapa sulit berbicara dengan orang ini. Rasanya bibir naira sulit sekali untuk membuka.  “Kamu kelas berapa?”tanya Naira sekali lagi dengan gugup.
“Oh, aku kelas sepuluh. Kamu?” Astaga, ini seperti kado yang sangat luar biasa yang diberikan oleh tuhan kepada dirinya. Mungkin gara-gara buku yang ia baca, yang diberikan Rena tadi pagi. “Kita sama!aku juga kelas sepuluh” jawab Naira dengan semangat 45. Naira memanjatkan doa. Semoga hujannya makin deras dan lama semoga...
Hujan justru mereda. Naira menggerutu di dalam hati. Dibalik doanya semoga hujannya reda. Semoga hujannya reda. Ternyata hujan malah semakin berhenti. Cemberut, Naira memandangi tetesan hujan yang masih tersisa. Ada apa sebenarnya?Mengapa yang aku mau tidak terjadi?Menyebalkan.
Akhirnya yang ditunggu Rico datang juga. Sebuah mobil masuk kedalam sekolannya. Mobilnya. Rico berdiri, mengucapkan pamit.
“Aku pulang dulu ya, senang bertemu denganmu!” pamitnya dan langsung saja berlari kecil menuju mobilnya.
Naira hanya memandangi cowok yang tingginya sekitar 175an itu dari jauh. Perfect. Ini yang selama ini Naira cari, bukan hanya cowo-cowo yang ada di kelasnya saja. Yang seperti robot. Memaksa otak mereka dengan kencang. Dan mereka kaku. Kenapa aku tidak perah melihatnya ya?Ahhh yang pasti hari ini aku sangat senang.Dan besok aku masih bisa bertemu dengannya lagi. Siapa namanya? Rico, nama yang selalu akan aku ingat. Naira pergi dari sekolah, dan pulang kerumahnya untuk besok berangkat sekolah.



Senin, 04 Maret 2013

Salah Jatuh Cinta (part 4)

Diposting oleh Unknown di 01.26 0 komentar


Tak lama kemudian, mama Alka datang membawakan makanan. Ternyata dari tadi Alka membohongiku,  mama Alka seorang Dokter di Rumah Sakit terkenal di Jakarta, dia yang memeriksaku saat aku pingsan tadi. Dia masih mengenakan baju rumah sakit, mama Alka sangat baik sekali. Terlihat dari wajahnya yang teduh dan hangat, terpancar kasih sayang yang tak terkira darinya. “Kamu,Alsa ya?”tanya mama Alka saat dia menaruh makanan di dekan meja kamar Alka. “Iya tante!saya Alsa.Maaf tadi repotin tante?” ujarku. Kami bertiga langsung keluar menuju meja makan. Alka yang saat itu memakai celana santai dan t-shirt sangat casual, dia tampak gagah apalagi saat dia diam. Mama Alka sudah menyiapkan makanan di meja makan. Sasya yang tiba-tiba datang menghampiri kami. Dia tampak imut saat membawa boneka beruang yang kecil seperti (bonekanya mr.bean) menurutku. Sasya sangat dekat dengan Alka, sasya baru berumur 5 tahun.
            Kami duduk di meja makan, aku duduk di depan Alka. Wahh ini hari keberuntunganku. Aku bisa bertemu Alka dan Mamanya juga Sasya dan makan bersama meraka. Ternyata keluarga Alka sangat ramah dan nyaman. Sayang keluarga ini tampak tidak sempurna saat bangku di paling depan tidak diisi dengan seseorang lelaki. Papa Alka sudah meninggal 4 tahun yang lalu saat aku dan Alka camping, setelah camping Alka menjadi cowok yang sombong dan tidak ramah kepada semua orang. Aku juga tidak mengenali Alka yang dulu saat  dia menolongku dijurang. Dia juga menjadi cowo playboy di SMP dan berlanjut di SMA. “Kamu teman Alka atau Pacar Alka?” tanya mama Alka. Akupun tersentak, aku bingung ingin menjelaskan apa. Alka juga tidak memberikan kode untuk aku menjawab pertanyaan itu. “aku Cuma teman Alka tante!” jawabku lirih, aku langsung menoleh ke Alka. Tapi rasanya Alka tidak ada respon, aku terus melanjutkan makanan. Sasya terus bersama Alka, sangat dekat sampai-sampai aku dilupakan. Kasian! Selesai makan aku ingin berpamitan pulang. “Tante aku pulang dulu ya??maaf udah repotin tante!”ujarku. “nggak apa-apa kok. Kamu pulang naik apa?” tanya tante Rima mamanya Alka. “nggak tahu tan yang ada aja di jalan.!”.” Kamu pulang bareng Alka aja, disini hujan sa?gimana?nati kamu diantar pakai mobil sama Alka, lagian juga hari sudah malam.!” Perintah tante rima,di menyuruh Alka mengantarku pulang , Aku takut nanti Alka membawaku ketempat yang aneh-aneh lagi.
            Alka mengambil kunci mobil di dalam, tante Rima dan aku menunggu di garasi rumahnya. Tante Rima melihat gantungan 2 angsa putih yang menggantung di tas aku. “kamu juga suka Angsa putih?” tanyanya. Aku kaget,”oh engga kok tante!” jawabku lirih. “Alka suka banget sama Angsa, katanya 2 angsa yang sepasang akan Abadi!katanya sih gitu?” tukasnya. Tiba-tiba Alka datang dan menghidupkan mobilnya. Alka belum punya SIM mobil, yasudah lah rumahku dan Rumah Alka hanya beda komplek, jadi nggak masuk jalan raya. Aku yang jadi keki dengan perkataan Mama Alka lagsung berpamitan dengannya, Sasya juga. Alka menyuruhku cepat masuk. Kami pun pulang bersama
            “Abadi?” hal yang aku pikirkan selama perjalanan. Banyak kemungkinanyang aku pikirkan dalam satu kata Abadi. Alka berubah kembali, seperti Alka yang jutek dan rese denganku. Sepenjang perjalanan Alka selau mengungkit badanku yang gendut,seperti dulu. Aku malas kalau Alka sudah balik ke wataknya. “Alka,diem nggak” teriakku. Alka seperti menuruti perintahku, mukaku yang bete aku hanya melihat ke jendela mobil. “Sa, maaf sa!” Alka meminta maaf. Aku masih ngambek atas kelakuan Alka. Aku sengaja dateng untuk menjenguknya sakit, ternyata dia tidak sakit. Mana sekarang aku yang sakit lagi. Terus hari ini aku ingin menanyakan kenapa dia memberiku 2 angsa putih yang berpasangan, tapi dia terus mencelaku. “ Ya..Alsa jangan marah dong!suer deh gue nggak ngungkit masalah dulu!” Alka memberhentikan mobilnya di tengah jalan. Aku kesal, main berhenti-berhentiin mobil aja. Alka keluar dari mobilnya. Aku bingung malam-malam hujan seperti ini Alka keluar. Apa dia ingin ninggalin aku? Ya sudah lah. Aku diam saja kalau 5 menit Alka tidak balik, aku akan pulang sendiri. Tiba-tiba Alka mengetuk jendela mobilku, dia menyuruhku agar tidak membukanya. Hujan Deras, membasahi tubuh Alka dia memegang sesuatu. Dia menyuruhku membuka Kotak di kursi belakang. Aku mengambilnya, Alka yang sudah kedinginan karena terguyur hujan yang deras, menyuruhku kembali membuka kotaknya, yang berisi “ will you wannabe my girlfriend?” Aku menangis.ini adalah pertama kalinya aku pacaran dan ditembak secara romantis ini, Alka mengetuk sekali lagi, dia menyuruhku  keluar hujan-hujanan bersama. Aku yang sempat terharu, membuka pintu mobilnya. Alka berteriak “Alsa kamu mau jadi pacarku?” ujarnya. Aku semakin tak percaya, terpancar keseriusan di wajahnya. Apa ini hanya sebagian Hobby buatan Alka dulu sering nembak cewe disekolah untuk dipacarinya selama kurang dari sebulan? Tapi Otak dan Hatiku berbeda, aku ingin menjadi pacar Alka. Ini adalah hal yang aku tunggu selama 4 tahun saat aku SMP, saat Alka menolongku. Tapi otak ini menyuruhku agar menolak cinta Alka, ini sebagai balas dendam karena Alka telah menolahku saat aku berani menyatakan cinta di kantin. Dia meledekiku, karena aku gendut, dan gendut tidak ada dikriteria cewe Alka. Hujan makin deras, Alka yang mempayungiku meminta jawaban. “Alsa, aku benar-benar menyukaimu jauh saat kau seperti ini, saat kamu berusaha ingin kurus, aku selalu mengendap-ngendap melihatmu. Aku selalu melihat saat kamu sakit harus menahan rasa lapar!Aku selalu memerhatikannmu. “ Aku terkejut selama ini Alka selalu memerhatikannku. Aku tak bisa membayangkannya. “Apa ini Cuma akal-akalan kamu untuk mengerjaiku ka?” Tanyaku berteriak. Hujan yang deras ini, menandakan agar aku cepat-cepat memberi Jawaban kepada Alka. Ku rasa aku harus punya waktu untuk memikirkannya “Alka, kasih gue waktu buat mikirin hal ini!”ujarku.Tanpa banyak berucap Alka, Alka mengangguk dan bertanya. “Baiklah, sampai kapan kamu memikirkannya?” tanyanya padaku. “Aku nggak tahu, kamu tiba-tiba baik dengaku!memberi aku hadiah, bahkan tingkah kamu yag dulu denganku dengan saat ini sangatlah berbeda. Apa yang kamu sembunyikan padaku?”tanyaku penuh kepastian. Tubuhku mulai menggigil, Tanganku juga kaku, begitu juga Alka. Dia tidak memakai payung. Payung ditangannya bukanlah untuknya, akan tetapi untukku. Alka sangat baik akhir-akhir ini.
            “Alsa, aku
enggabakalninggalinkamu! Aku janji aku akan setia dan akan selalu ada untuk kamu sa, aku janji!!”ujarnya. Saat ini aku bingung harus mengatakan apa kepada Alka. Hati dan pikirann ku berbeda. Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan ingin tidur. Alka akhirnya menunduk, terlihat dari rawut  wajahnya dia sangat kecewa. Aku tidak kuat melihat Alka kecewa seperti ini.
            “Alka, kamu janji engga bakal ninggalin aku?” tanyakul irih.” Aku janji, aku saying sama kamu!”jawabAlka. Aku tahu kata-kata Alka tulus dari hati. “Yaa..Alka, aku mau!Aku mau jadi pacar kamu ” jawabku malu-malu. Alka langsung melihat wajahku, dia tersenyum dan aku sangat malu karena jawabanku. Payung yang diperuntukkan kepadaku, dilepas dan aku dan Alka sama-sama basah kuyup. Setelah itu, Aku dan Alka berjalan ke mobil.
            Alka terus melihat ke arahku, Aku sangat senang bercampur malu. Hari yang aku impikan akhirnya terwujud. Sudah 4  tahun aku menunggu saat-saat ini. Yang aku takpercaya, Alka menyukaiku saat aku berusaha untuk kurus. Aku ennga bias menahan rasa bahagia yang terjadi saat ini. Di dalam mobil, kami berdua sangat kedinginan. Baju kami semuanya basah, apalagi besok aku harus sekolah. Saat sampai di rumahku, ayah berdiri di depan pagar. Aku tahu sekarang ini sudah jam berapa. Pasti ayah akan negative thinking denganAlka.
            “Ka, mending lo engga usah nganterin deh! “aku menahan dia. “Kenapa? Aku kan harus ketemu papanya pacaraku!” gombal Alka. “Ihhh, udah deh,!Pasti papa bakal mikir jelek ke kamu!”.Alka pun terus mengantarku sampai di depan papa. Alka yang sangat basah kuyup memanyungiku sampai di depan pagar. Papa langsung melihat Alka dengan tatapan sinis. Aku engga tahu apa yang dipikirkan papa saat ini. “Maaf om, Alsanya baru pulang jam segini!” Alka membuka pembicaran. Aku sangat terkejut Alka bias berbicara sesopan ini kepada orang lain yang ia baru kenal. Papa tetap diam, padahal Alka sudah sopan. Aku menyuruh Alka untuk pulang. Papa tampak begitu tak suka dengan Alka. Papa lagsung menyuruhku naik k eatas, untuk masuk kekamar. Dan Alka disuruh pulang oleh papa. Sebelum itu aku sudah berpesan kepada Alka jangan masuk ke hati ,apa yang terjadi oleh papa untuk Alka. Alka juga udah mengiyakannya. Aku masuk ke dalam rumah bersama Papa, dan Alka pulang dengan mobilnya.  
            Tak lama kemudian saat di kamar, aku mendapat SMS dari Alka, dia mengabariku tentang kondisinya, yang engga terpengaruh karena papa. Aku sangat Lega. Tiba-tiba SMS masuk lagi. Ternyata dari Alka juga. Aku sangat terkejut dengan SMSnya yang Kedua. Besok Alka akan mengumumkan aku dan dia Pacaran, dan mulai besok Alka akan menjemputku selama ia masih belum pindah.
 

Princess Alana Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea