Senin, 30 Desember 2013

Tiga Detik (Part 1)

Diposting oleh Unknown di 01.06

“Aku yakin cinta itu akan datang tepat pada waktunya. Tapi hanya 3 detik aku dapat menemukanmu, cinta yang selama ini aku cari” Naira.

Kecengan dan Hukuman

Bulan sudah selesai dengan tugasnya menerangi malam yang gelap, kini mataharilah yang menggantikan tugasnya sekarang, menerangi bumi. Sinarnya sudah masuk kedalam kamar Naira yang berwarnya biru laut itu. ya, Naira sangat suka sekali warna biru, baginnya itu adalah warna yang sangat cantik dan sangat indah. Terdengar bunyi hentakan kaki yang berasal dari tangga menuju kamarnya. Semakin lama, semakin jelas bunyinya. Dia tahu siapa itu, tapi dia masih ingin melanjutkan mimpinya yang indah itu.
“Nai, kamu engga sekolah? Udah telat nih.” Ujar perempuan yang sedang mengetuk pintu anak kesayangannya itu.
Naira terbangun akibat suara yang selalu aku dengar di pagi harinya setelah bunyi alaramnya.“Ahhh entar maah!”. Jawabnya
Tahun ini adalah tahun pertamanya duduk di bangku SMA. Tahun lalu Naira masih memakai serangam putih biru dan sekarang memakai baju putih abu-abu. Ada rasa bangga didalam dirinya. Kini dia bukan anak kecil lagi, melainkan anak kecil yang sudah mulai beranjak dewasa dan makin cantik, pikirknya sewaktu sedang mencoba seragam sekolahnya di depan kaca.
“Kamu udah mandi belum Nai?” panggil mama sekali lagi. Pintu dibuka, tetapi Naira malah belum berberes dan mandi. Dia tahu hari ini akan telat lagi, sama seperti biasanya. Dan belum setahun dia di sekolahnya dia sudah 13 kali telat dan mamanya datang sebagai jaminanya agar dia dapat masuk kekelas.
            Hari itu sangatlah membosankan bagi Naira, hari ini adalah pelajaran yang sangat membosankan baginya. Kepala Naira doyong kedepan. Matanya mengkerejap menahan kantuk
            Kalau dia teriak dan joget di depan kelas, aku yakin orang-orang tetap menempelkan hidungnya dibuku masing-masing.Naira melengos. Ia menyerah. Naira menyandar dengan buku Fisika super tebal di mejanya.
            Naira memaksa kelopak matanya membuka untuk membaca deretan imut tulisan yang ada di bukunya. Lebih dari sekaa Naira menjejalkan kata-kata itu masuk ke otaknya. Tak ada gunanya. Naira malah menjadi pusing. Otaknya lebih kuat. Kata-kata itu mental.
            “Ke kantin yuk” Naira mengetuk-ngetukkan kakinya
            “Hmm..” Rena membalikan halaman buku Rangkuman Fisika SMA. Senggolan pelan Naira tidak membuyarkan konsentrasi Rena.
            Soal. Soal. Soal. Selalu saja soal, padahal Ujian Tengah Semester aja masih lama, apalagi UASnya. Tetapi sahabatnya sejak SMP ini sudah memeras otaknya begitu keras dari sekarang. Sekolah barunya emang sekolah yang sembarangan. Suatu keajaiban Naira masuk di sini, Naira awalnya malas untuk disekolah yang orang-orangya selalu dengan buku..buku.. dan buku.. itu sama saja mereka seperti robot yang diciptakan untuk belajar. Tapi mau dikata apa, saat tes masuk Naira sangat Hoki, ia adalah penutup dari daftar nama-nama siswa baru yang masuk di sekolah itu, sedangkan temannya Rena adalah orang pertama di daftar penerimaan murid kemarin.
            Awalnya Rena tidak berminat untuk masuk sekolah ini, tetapi saat dia tahu ibunya sangat bahagia dan sangat senang Rena tidak tega berbicara dengan ibunya itu.
            Naira mengedarkan pandangan. Orang-orang ini sama gilanya seperti Rena. Bel belum berbunyi. Tetapi mereka malah belajar. Sebagian belajar dengan membaca buku dengan santai, dan sebagian lagi membentuk kelompok kecil untuk sekedar berdiskusi tentang hal-halnya yang sangat asing ditelinganya
Bukannya Naira sombong, tetapi kalau dia ditanya tentang jadwal film padanya, pasti dia akan langsung menjawabnya dengan tepat. “Woi, bergelut dengan angkanya nanti saja saat masuk!”
“Rena, aku sangat lapar nih. Belum sarapan ayo kita kekantin?” Naira mulai mengguncang- guncangkan bahu Rena. Lebih lama lagi Naira berada di kelas ini, dia yakin akan tertular virus-viris gila seperti mereka. Dan Naira tidak mau itu terjadi.
Rena menggeser posisinya. Mukana semakin terbenam ke dalam halaman buku. Ia sibuk mencorat-coret hitungan di bagian halaman yang kosong.
“Ren, ayo temani aku keluar yuk mencari udara segar. Mumpung masih pagi, sehat untuk tulang kita dari pada disini engga baik dengan udara dingin dari AC!” ini baru ide yang brilian. Pasti Rena mau keluar dengan alasan ini, Rena yang Ringan tangan, Baik hati, dan murah senyum akan bilang..
“yang benar saja”Rena mendengus. Ia tetap mengerjakan buku sial itu. “Palingan kamu ingin mencari kecengan kan?”
“Serius ren, kan kamu tahu udara yang paling baik itu, udara di pagi hari!”
Akhirnya Rena sudi memandang Naira. “Kamu itu seharusnya belajar Nai, UTS tinggal 4 minggu lagi, dan kamu harus memancu otak kamu, agar kamu bisa lulus KKM!” ia menyodorkan buku Fisika lainnya yang ia bawa.
Sial.
Naira diam dan cemberut.

Tak berapa lama bel berbunyi. Dan semua aktifitas gila ini akan terjadi lagi selama 6 jam berikutnya. Gara-gara engga sarapan tadi pagi, Naira tetap saja harus menahan lapar sampai istirahat pertama berbunyi.
Bel istirahat selesai, Naira langsung ngacir ke kantin dengan lari, pelajaran hari ini tidak satupun yang ia mengerti, ia terus memegangi perutnya selama pelajaran tadi. Ini engga bisa dibiarin, pokoknya begitu sampai dikantin, harus makan yang banyak.Naira tak mengerti apakah robot-robot disekolah ini tidak kelaparan? Sungguh Naira tidak betah untuk disekolah ini. Bukan tempatku. Sudah 3 bulan Naira bersekolah disini, tapi dia hanya tahu Rena teman SMPnya saja, selebihnya para jelmaan robot itu tidak ada yang Naira kenal begitu juga sebaliknya. Boro-boro pacaran masa SMA pikirnya dulu, punya teman aja udah sukur disini. Cewe-cewe disini hanya lebih tertarik masalah-masalah pelajaran, apalagi cowoknya. Ih bukan tipe Naira banget.
Setengah berlari, Naira masih bingung ingin makan apa hari ini, ya walaupun sendirian tapi tetep eksislah. Sesampainya dikantin ia memesan makanan biasanya, waffel krim chocolate ibu kantin emang yang terbaik. Satu waffle tebal dilapisi krim yang manis emang cocok untuk cemilan dipagi hari ini.
“Ini neng, makanannya!” ujar ibu kantinnya. Hari ini seperti biasa, sekolah yang membosankan, Mama yang sering ngomel karena nilainya, Tidak ada sesuatu yang membuatnya betah untuk sekolah disini. Jangankan 3 tahun, 3 bulan selanjutnya saja Naira ogah memikirkannya
“Baca nih!!” sebuah buku tipis disodorkan kepadanya. “Buku apanih?”tanya. melihat covernya saja udah buat mood makan hari ini hilang, Akibat tidak bersyukur. Seorang cewe berambut pirang baru saja datang dari kelas dengan membawa buku itu. Menurutnya itu buku yang sangat tepat untuk Naira akhir-akhir ini. Rena sahabatnya merasa Naira sangat tidak bersyukur karena dapat masuk disekolah ini, jujur Rena saja masih bingung kenapa Naia bisa lolos tes masuk pendaftaran kemarin. Pasalnya Naira sama sekali engga minat dengan sekolah yang serba international ini, Naira lebih suka kebebasan, dan engga suka sekali dengan aturan-aturan yang ribet. Sedangkan disini, aturan superbanyak yang semua siswa harus menaatinya. Tak jarang Naira, sudah dikenal guru karena ketidak rapihannya kesekolah.
“Udah baca aja, aku lihat kamu itu tidak mensyukuri pemberian tuhan Nai?” ujar Rena. Yang duduk disamping Naira.
“Iya..iya..iya ibu-ibu rempong” Naira menjawil hidung mungil temannya itu, mereka akhirnya tertawa bersama dikantin. Mungkin ini salah satu alasannya Naira masih mau sekolah disini, ia tidak mungkin meningalkan sahabatya sendirian disini. Dia tahu Rena adalah anak yang susah bergaul, dan persahabatan Rena dan Naira sudah di bangun 4 tahun silam,sejak keduanya masuk SMP.
“Jadi?”tanya Rena lirih. “Apa?” jawab Naira dengan bingung. “Udah bersyukur nih?”tanya Rena sekali lagi. Senyuman limabelas jari Naira berikan untuk sahabatnya itu, Mereka mengakhiri istirahat mereka dengan tersenyum dan kami kembali kekelas.
“Mana yang namanya Naira!”seorang guru datang kepadanya dengan nada yang marah. Mrs. Dinar adalah salah satu guru tergalak disekolah ini,pantas saja sampai sekarang saat usianya yang sudah tidak muda lagi dia masih saja menjomblo. Matanya yang bulat itu seketika seperti ingin copot karena melototnya.”Kenapa bu?saya Naira!”tanyaku bingung.  "Apa yang kamu lakukan sampai sekolah kita masuk koran hari ini?"tanyanya marah. aku hanya menerawang apa yang aku lakukan kemarin. "engga ada kook bu, aku kan anak baik-baik."jawabu singkat. semua mata teman-teman sekolahnya tertuju pada Naira dan Mrs.Dinar, ini emang gawat. "kamu baca koran hari ini!" perintahnya. Mrs. Dinar memberi Naira sebuah koran ibukota hari ini. saat dia membaca judulnya. Dirinya tak percaya saat dia membaca deretan huruf yang ditulis seperti sebuah judul di halaman utama. "Siswa SMA Delta International School tertangkap Satpol PP saat sedang pemerasan". Dan terdapat jelas wajah Naira di halaman pertama. "ini salah sangka bu!aku tidak melakukan pemalakan seperti yang ditudukan." jawabku panik,aku tidak sadar banyak sepasang mata yang melihat kearah kami bertiga, Rena hanya menyimak dan dia tidak tahu apa yang terjadi. 
"Saya tidak tahu alasan kamu melakukan hal itu, tetapi jangan sekali-kali membawa nama baik kita jika kamu melakukan hal-hal yang membuat nama sekolah kita jelek." ucap Mrs.Dinar panjang lebar, "aku difitnah bu" sangkalku. ini bukan yang ibu kira.Tetap saja Mrs.Dinar tidak mendengar ucapanku, dia hanya memutar bola matanya dan mensilangkan kedua tangannya diperutnya sambil bersikap menahan diri karena ingin marah lebih dari itu. "Tapi, tetap saja kamu telah mencoreng nama baik sekolah kita, mau tak mau. kamu ibu hukum!" bantahnya. 
"Taa...pii bu? ibu tidak boleh seperti itu!"bantahku tegas. "Kamu tidak bisa membantah, kamu ibu hukum menjadi pembantu disekolah ini selama 3 hari, dan kamu tidak boleh kemana-mana sepulang sekolah. atau kamu ibu skors. pilih mana?"tanyanya lagi. Rasanya Naira ingin marah dan dia merasa ini tidak adil, Mrs. Dinar, dan para wartawan itu tidak tahu saat dia berada disana. Naira ingin sekali memaki 3 orang saat ini, pertama para wartawan sialan yang sudah mengambil gambar dia disana, yang kedua para pengedit yang menuliskan judul yang membuat dirinya malu seperti ini, dan satu lagi Mrs.Dinar yang memakinya tanpa alasan hari ini. "Hukuman kamu dimulai hari ini, ibu engga mau tahu hari ini kamu harus membantu Mang Tohang untuk membantu dia membersihkan hari ini dan 3 hari berikutnya." ujar Mrs. Dinar dan dia memakaikan aku sebuah kalung yang bertuliskan "Lagi Dihukum". itu membuatku malu. "Dan kamu harus menyelesaikan tugas kamu dengan baik jika kamu tidak benar, hukumman kamu ibu akan perpanjang hukuman kamu".
"Baiklah bu," jawabku lirih.
Naira dan Rena kembali kekelas mereka. Rena hanya diam, dan bingung ingin bertanya apa kepada  Naira. "Sabar ya Nai, aku yakin kamu pasti tidak melakukan hal seperti itu" semangat dari Rena membuat Naira tersenyum kembali.
Setelah bel pulang sudah selesai, Naira memulai masa Hukumannya. Ia menelpon Mamanya agar menjemputnya agak lama, dengan alasan tugas kelompok disekolah, pikirnya. Bete. Bosen. Bingung. Itu yang ada di pikiran Naira sampai saat ini. Ini engga adil, tapi yasudahlah. Pikirnya.
Lobi masih penuh, tapi engga sepadat tadi bel. Sebagian besar murid sudah pulang kerumahnya. Sisanya masih beres-beres atau sekedar berbicara dengan teman-temannya. Padahal hari ini Naira ingin menonton acara yang sangat dia sukain, yasudahlah itu semua gara-gara hal bodoh juga yang ia lakukan minggu kemarin. Jadi, Naira dianggap sebagai pemalak di jalanan saat memakai seragam sekolahnya. Padahal itu hanyalah fitnah belaka yang dituduhkan kepadanya, dan berimbas pada hari ini. Waktu itu Naira membantu pengamen jalanan untuk ngamen dijalanan, karena dia bosen dirumah. Saat pembagian hasil tidak disangaka ia di potret oleh wartawan sialan itu, dan dimasukan di halaman berita utama. Tapi semua orang tidak ada yang percaya padanya. Namanya nasib.
Sore itu awan terlihat sangat cantik, berwarna jingga dan keorenan. Ini adalah sore yang indah jika bersantai dirumah.
“Ayo neng, bantu Mang Tohang!” ajaknya
Naira langsung mengikuti dari belakang.
Sebuah sapu dan sarung tangan diberikan untuk Naira dengan masa tugasnya itu. Pokoknya harus cepat selesai, bodo amatlah bener atau engga ini kerjaan. Setelah beberapa lama di taman sekolah, itu cukup melelahkan untuk menyapu semua halaman sekolah. Karena sekolah Naira sangat luas itu sangat merepotkan.
“Kalau kamu mau kamu bisa minum ini”
Naira bengong.
Satu buag air mineral penolongnya disaat dia dehidrasi, kalau saja air ini tak ada mngkin saja dia akan mati kehausan. “Makasih..” cowok itu tertawa. Deretan gigi putihnya sangat bagus. Hati Naira langsung lumer. Naira tidak tahu apa yang ditertawakan cowok itu .
“Kamu lucu ya!” sekali lagi cowok misterius itu memamerkan gigi putihnya yang indah itu. “Lucu?lucu kenapa?”tanyanya bingung.
Tanpa di duga, tangan cowo itu langsung menyapu kotoran yang ada wajah Naira. Hal ini membuat muka Naira merah. Bikin malu! Bikin malu. Naira menunduk. Ini seperti rakyat jelata bertemu pangeran. Ini seperti kodok bertemu angsa. Ini seperti disandingkan degan mawar. Tebak Naira yang mana
 Harusnya ada aturan cowok sekeren dia tidak boleh bertemu dengan cewe yang seperti Naira ini. Si cowok ini pasti masuk penjara. Membuat gelisah cewek cewek yang belum siap untuk ditemui. 3 detik Cuma itu, Naira langsung menyukai cowo itu. Matanya sangat inidah, aroma tubuhnya juga sangat menggoda. Cowo yang belum pernah Naira temukan disekolah ini, ini kakak kelas atau seangkatan? Yatuhan mudah-mudahan seangkatan. Doanya dalam hati.
“Kenalkan aku Rico, Rico Dharmawan putra.” Rico mengulurkan tangannya kepada Naira. Sekali lagi, cowo itu membuat muka Naira merah padam.
Naira kikuk saat menjabat tangan itu. Begitu tangan mereka bersentuhan. Naira merasakan rasa geli yang menjalar di lapisan kulitnya. Naira membisikan namanya dalam Hati. Rico. Namanya Imut.
“Terus?” tanya Rico dengan mimik lucu.
“Terus apa?”
Cengiran Rico lebar. “Nama kamu siapa?”
Naira mengaihkan pandangannya dan tidak ingin menatap mata Rico, “Naira bunga Setiawan”
“Terus kenapa kamu masih disini? Lagi dihukum ya?” pertayaan dengan suara yang menggoda.
“Ohh,iya aku lagi dihukum sama Mrs. Dinar.” Jawabku singkat. “Oh kamu toh yang tadi ribut denga Mrs.Dinar?” Naira tambah menunduk karena malu dengan Rico. “I..iya” jawabnya lirih.
Awan yang berwarna jingga dan orannye itu tiba-tiba berganti menjadi abu-abu. Dan semakin lama, awan itu meneteskan air hujannya di bumi ini. Dan semakin lama, hujannya semakin deras. Sampai-sampai mereka berdua harus berteduh di ditempat yang aman. “Yahh hujan deh!,engga nyangka ya?” ucap Rico memecah keheningan. Entah mengapa, Naira yang sangat sebal sekali dengan hujan hari ini sangat senang kehadirannya. “Kamu engga di jemput?”tanya Naira bingung. “Belum, tapi kataya sedang ada diperjalanan.” Ucapnya santai. “Ooo..” Naira duduk di dekat bangku yang ada di taman sekolahnya itu,sekalian berteduh.
Oh tuhan kenapa sulit berbicara dengan orang ini. Rasanya bibir naira sulit sekali untuk membuka.  “Kamu kelas berapa?”tanya Naira sekali lagi dengan gugup.
“Oh, aku kelas sepuluh. Kamu?” Astaga, ini seperti kado yang sangat luar biasa yang diberikan oleh tuhan kepada dirinya. Mungkin gara-gara buku yang ia baca, yang diberikan Rena tadi pagi. “Kita sama!aku juga kelas sepuluh” jawab Naira dengan semangat 45. Naira memanjatkan doa. Semoga hujannya makin deras dan lama semoga...
Hujan justru mereda. Naira menggerutu di dalam hati. Dibalik doanya semoga hujannya reda. Semoga hujannya reda. Ternyata hujan malah semakin berhenti. Cemberut, Naira memandangi tetesan hujan yang masih tersisa. Ada apa sebenarnya?Mengapa yang aku mau tidak terjadi?Menyebalkan.
Akhirnya yang ditunggu Rico datang juga. Sebuah mobil masuk kedalam sekolannya. Mobilnya. Rico berdiri, mengucapkan pamit.
“Aku pulang dulu ya, senang bertemu denganmu!” pamitnya dan langsung saja berlari kecil menuju mobilnya.
Naira hanya memandangi cowok yang tingginya sekitar 175an itu dari jauh. Perfect. Ini yang selama ini Naira cari, bukan hanya cowo-cowo yang ada di kelasnya saja. Yang seperti robot. Memaksa otak mereka dengan kencang. Dan mereka kaku. Kenapa aku tidak perah melihatnya ya?Ahhh yang pasti hari ini aku sangat senang.Dan besok aku masih bisa bertemu dengannya lagi. Siapa namanya? Rico, nama yang selalu akan aku ingat. Naira pergi dari sekolah, dan pulang kerumahnya untuk besok berangkat sekolah.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Princess Alana Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea